Iklan Bawah Posting

Sekelumit Ulasan Tentang Kelaparan dan Ketahanan Pangan Global

Terdapat cukup makanan untuk setiap orang di dunia, tetapi PBB memperkirakan sekitar 800 juta orang atau 1 dari 9 orang mengalami kekurangan gizi. Mayoritas penderitanya hidup di negara berkembang, 14% dari jumlah tersebut tidak bisa memenuhi kebutuhan pangannya. Maka dari itu, saat ini terdapat Global Food Banking Network atau Bank makanan di India, Meksiko, Turki, Rumania, Afrika Selatan dan negara lainnya. Kemitraan ini menghasilkan pembelian dan distribusi jutaan makanan yang sebelumnya biasa dibuang. 

Pada 2011, kekeringan dahsyat menghantam Djibouti, Eritrea, Ethiopia dan Somalia. Sedangkan saat ini bencana kelaparan melanda negara Sudan, Yaman, Somalia dan Nigeria. Maka dari itu, Indonesia yang berpenduduk mayoritas muslim membentuk rekening donasi Nigeria atau negara lainnya untuk menyalurkan bantuan. Kekeringan menyebabkan kekurangan pangan dan bencana kelaparan yang serius di Negara-negara Afrika pada umumnya. Jutaan orang membutuhkan bantuan pangan darurat untuk menyelamatkan nyawa mereka. 

Bahkan di Somalia, situasi yang terjadi sungguh ekstrem. PBB secara resmi mendeklarasikan bencana kelaparan di Somalia. Keadaan ini merupakan akibat kelaparan parah, malnutrisi dan berujung kematian. Selain itu, perang saudara dan kekerasan telah menghancurkan kemampuan negara untuk membantu warganya. Ratusan ribu keluarga justru mengambil keputusan untuk menyeberang keluar negara dengan berjalan kaki. Tujuannya adalah penampungan pengungsi di Kenya Timur Laut dalam rangka mencari makanan. 

Perlu adanya gerakan untuk meningkatkan ketahanan pangan di seluruh negara di dunia. Meski dunia telah membuat kemajuan besar dalam menciptakan teknologi pengolah makanan, namun justru belum benar-benar mengurangi kelaparan yang sesungguhnya. Memberi makan dunia masih menjadi tantangan besar yang harus dicapai oleh semua penduduk bumi. 

Saat ini bahkan seiring perkembangan zaman, populasi bumi bukan hanya bertambah. Akan tetapi memiliki sifat urban, yakni cepat tumbuh di wilayah yang tidak cocok untuk produksi pangan. Dalam artian, daerah yang ditinggali kaum urban tidak memiliki ketahanan pangan yang kuat. Di sisi lain, petani ditantang untu meningkatkan hasil produksinya dengan problem perubahan iklim yang dihadapi.
Kelaparan Etiopia. (foto: sinarharapan.com)
Semakin jelaslah, ketahanan pangan global menjadi tantangan besar karena dibutuhkan kolaborasi dan pendekatan multidisiplin. Meskipun terjadi kemajuan dalam ilmu genetika dan agronomi dan peningkatan intensifikasi pertanian, akses ke persediaan yang melimpah tetap tidak tercapai. Kemiskinan ekstrem, hambatan perdagangan, perang saudara, dan tidak memadainya insfrastruktur penyimpanan menjadi kendala dalam mencapai ketahanan pangan. 

Kesimpulannya, perluasan akses makanan, memperbaiki produksi pertanian, meningkatkan pendapatan petani dan mengadvokasi kebijakan yang dapat memperbaiki ketahanan pangan. Kesemua itu harus menjadi komitmen setiap negara dalam melindungi warganya dari bencana kelaparan. Semoga Bermanfaat. 

0 Komentar